Kisah Maria Espinosa (2)
Ketika tersenyum, sederet gigi depannya nampak telah banyak yang tanggal. Perhiasannya lengkap bergelantungan, ia juga mirip seorang wanita Gypsi.
"Maafkan gigiku, ya..."Ujarnya malu. "Aku tak punya biaya untuk memperbaikinya. Ia pun mempersilakan aku masuk namun kutolak dengan halus dengan alasan sedang menunggu tamu. "Aku pun tak punya duit lagi untuk minum kopi," keluhnya sedih. Aku pun menawarkan diri untuk mencarikannya kopi yang dengan mudah kuperoleh dari kamar sebelah di mana tamu yang kunanti belum juga pulang.
Kopi dalam cangkir porselen merk "Lucky" kuantarkan padanya dan kulayani ia minum. Kasihan, kakinya hanya satu, yang lain pun telah diamputasi sebatas lutut karena rupanya ia pengidap diabetes berat. Aku menyesal telah menaruh gula ke dalam kopinya menuruti permintaannya.
Sambil menyeruput kopi ia mulai bercerita tentang hidupnya. Pada tahun 1950-an ia bermigrasi ke Australia bersama ayah dan ibunya dari Madrid, Spanyol. Ia anak tunggal yang sangat dimanja. Dahulu ia pandai menari tarian spanyol diiringi kastanyet, mengingatkanku pada keanggunan lagu Granada. Sungguh berbeda dengan kondisinya kini.
"Maafkan gigiku, ya..."Ujarnya malu. "Aku tak punya biaya untuk memperbaikinya. Ia pun mempersilakan aku masuk namun kutolak dengan halus dengan alasan sedang menunggu tamu. "Aku pun tak punya duit lagi untuk minum kopi," keluhnya sedih. Aku pun menawarkan diri untuk mencarikannya kopi yang dengan mudah kuperoleh dari kamar sebelah di mana tamu yang kunanti belum juga pulang.
Kopi dalam cangkir porselen merk "Lucky" kuantarkan padanya dan kulayani ia minum. Kasihan, kakinya hanya satu, yang lain pun telah diamputasi sebatas lutut karena rupanya ia pengidap diabetes berat. Aku menyesal telah menaruh gula ke dalam kopinya menuruti permintaannya.
Sambil menyeruput kopi ia mulai bercerita tentang hidupnya. Pada tahun 1950-an ia bermigrasi ke Australia bersama ayah dan ibunya dari Madrid, Spanyol. Ia anak tunggal yang sangat dimanja. Dahulu ia pandai menari tarian spanyol diiringi kastanyet, mengingatkanku pada keanggunan lagu Granada. Sungguh berbeda dengan kondisinya kini.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home