Kisah-kisah Imigran di Australia

Coretan kisah-kisah kaum imigran yang menetap di Australia (theresajackson@iinet.net.au). Silakan buka My Complete Profile, terdapat 5 Blog yang lain; Toys of Migrants in Australia, Resep Dapur IndoAus, Sketsa Kehidupan di Australia, Persahabatan Indo-Jepang di Australia, Kerabat Jawa di NSW.

Tuesday, May 16, 2006

Kisah si Kwek-kwek dan si Kwok-kwok (1)


Sebenarnya yang disebut kaum imigran di Australia boleh dikatakan semua orang kecuali orang Aborijin. Orang kulit putih mulai berdatangan ke Australia pada tahun 1788, sejarah tentang itu akan dituliskan nanti namun kisah pembukaan blog ini adalah tentang dua keluarga yang tinggal di depan tempat tinggal kami.
Pada saat kami membeli rumah ini, di depan rumah panggung berdinding fibro itu terbentang sebidang tanah lapang yang memandang ke arah lapangan sepak bola yang luas. Tak jauh dari lapangan itu terletak sebuah taman hijau yang disebut Twin Gum Reserve. Konon namanya demikian karena dahulu kala (kira-kira 20 tahun yang lalu) terdapat dua batang pohon Eucalyptus kembar di tempat itu. Pohon Kayu Putih berukuran raksasa itu pada suatu hari disengat halilintar dan salah satunya tumbang terbakar, jadi kini yang tinggal hanyalah salah satu dari si kembar tersebut namun namanya tetap saja si Twin Gum. Pada mulanya kami merasa lega memandang ke arah tanah lapang di depan kami tersebut dan pada saat pagi hari kami bisa melihat terbitnya sang surya dan kadang sebuah balon halogen raksasa pernah tampak mendarat di Twin Gum Reserve dengan beberapa orang penumpangnya, sungguh suatu pemandangan yang mengasyikkan. Tetangga di sebelah kiri adalah Bu Sylvia dan Pak Kevin yang sudah uzur dan di depan mereka tinggal Pak Harry yang telah berusia 80 tahun.
Keadaan lingkungan tenang dan damai, aman, nyaman serta sejahtera. Pak Harry gemar berkebun, kebunnya tertata rapi lengkap dengan kincir angin dan bunga-bunga berwarna-warni yang selalu dirawatnya dengan baik dan penuh cinta kasih. Bu Sylvia dan Pak Kevin sakit-sakitan karena sudah tua, yang jelas, Pak Kevin sudah lama berada di atas kursi roda dan dirawat oleh Bu Sylvia. Demikianlah, suasana lingkungan tempat tinggal kami itu tenang dan cukup menyenangkan, tetapi kami tidak menyadari apa yang akan terjadi dikemudian hari. Tiba-tiba patok-patok kayu mulai tampak terpancang di depan rumah kami di atas sebidang tanah kosong tersebut dan dalam waktu kira-kira 6 bulan dua buah rumah batu bata beratapkan genting merah nan kokoh berdiri di sana. Rumah nomor empat dan nomor enam. Kedua rumah itu menjadi bangunan paling mewah di jalan kami bahkan ketika saya diperbolehkan menengok keadaannya, sungguh menarik. Dinding berwarna krem, pintu serta jendelanya berbingkai allumunium berwarna krem berlapis kaca dan dilengkapi kawat kasa anti nyamuk, lantainya beralaskan karpet dan dapurnya cukup modern dan besar. Masing-masing rumah memiliki 4 kamar tidur, mempunyai halaman depan dan kebun belakang. Sungguh dapat dikatakan sebagai rumah idaman setiap keluarga! Terbetik dalam hati siapakah gerangan yang akan menjadi penghuni kedua rumah indah tersebut?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home